Minggu, 15 Januari 2017

Muslimah Bercadar.. Kuakui Kecemburuanku!

Naam. Kita berhenti membahas masalah percintaan dulu yah. Karena artikel kali ini saya akan membahas hasrat hati saya yang menggebu-gebu karena mereka "muslimah bercadar". Jujur saja saat masuk SMA saya tidak pernah menganggap bahwa cadar itu ekstrem,fanatik,lebay ataupun berlebihan. Hingga suatu saat saya diajar oleh salah satu ummahat bercadar dalam suatu halaqoh. Ummahat inilah yang membuka pintu sunnah kepada saya. Ada rasa takut. Yang terlihat hanya mata saja. Saat cadarnya dibuka. Masyaa Allah saya tidak tau menjelaskannya.Ada rasa tersendiri saat melihat muslimah bercadar.Sampai saat saya lulus SMA. Niat saya makin ngejrenggg #bahasaapaini. Tapi iya saya merasa mereka yang bercadar itu sejuk,dingin,aman,tenteram. Sejahterahlah pokoknya. Yah aman dari ikhwan-ikhwan yang gitu deh. Tapi saat itu keberanian saya bernilai 0%. Sama sekali saya gak berani apalagi menggunakannya didepan keluarga. Kebayang dong,ujiannya kayak apa. Saya coba dengar cerita akhawat dan ummahat yang sampai detik ini cadarnya sudah permanen dan masyaa Allah saya tidak pernah bisa membayangkan dan memposisikan diri saya sebagai mereka. Ada yang cadarnya dibakar,diusir dari rumah,cadarnya digunting. Jangankan cadar. Jilbab menutupi dada saja ada yang sampai petakumpet makenya. YaAllah
Mohon aamiinkan,semoga mereka mendapat hidayah.
Sebenarnya ujian hijrah paling dekat itu yah keluarga kita sendiri dan tentunya kita harus pandai-pandai dan santun dalam menjelaskan. Kenapa? Karena sesungguhnya akhlak kita akan disoroti seiring dengan berubahnya pakaian yang kita kenakan. Saat akhlak dan hijab kita tak sesuai. Orang-orang akan bilang seperti ini "hijabnya aja besar,akhlaknya hancur" "Kelihatannya alim tapi kok sifatnya gitu sih?" dan lain sebagainya.Sesungguhnya ucapan seperti ini tak perlu diambil hati. Mereka seperti itu karena belum mengerti hakikat pakaian syar'i yang sebenarnya and then ucapan manusia tidak akan membuat kita hina dihadapan Allah. Right? Btw kembali yah..ini nasehat buat diri saya pribadi alhamdulillah jika ada yang termotivasi. Alhamdulillah pakaian saya sudah syar'i dan alhamdulillah juga akhlak saya masih dipertanyakan hehe. Tapi dengan begitu semakin kita sadar semakin kita mengerti semakin kita akan menyeimbangkan pakaian dan akhlak kita.Sampai detik ini saya cemburu sekaaalliii dengan akhwat wa ummahat yang bercadar walau dimanapun. Ademmm yah? yah? Walau sebenarnya mereka menjalankan itu semua penuh dengan lika-liku ujian kehidupan. Tapi saya yakin mereka sudah bertekad untuk"tegar diatas sunnah" mereka membantu para ikhwan menundukkan pandangan dan menjaga diri hanya untuk yang halal semata.
Banyak sekali kisah inspiratif yang bisa kita ambil dari mereka. Seperti ketika kajian salaf kemarin. Saya memperhatikan seorang istri ustadz yang tentunya bercadar. Karena didalam majelis itu perempuan semua jadi jubah dan cadarnya dibuka. And then...baju yang sering kita pakai keluar rumah,itulah pakaian bagian dalam istri ustadz tsb. Kebayang dong diluarnya cadar,dan jubah. Didalamnya ada khimar dan gamis. . Kebayang? Panasnya kayak apa? Mending panas didunia daripada di akherat kelak dan dengan niat lillahi ta'ala insyaa Allah gak ada yang sulit. Rata-rata akhwat bercadar yaahh memang seperti itu. Semakin kita tertutup semakin kita dihargai.
Naam. Kemarin saya lihat post "Akhwat yang bercadar akan memudahkan dalam mahar"
MasyaaAllah itu benar sekali! Kenapa? Karena mereka memudahkan sunnah. Tak sepantasnya juga kita menghargai diri kita semahal itu sedangkan wanita generasi sahabat saja ada yang dipinang menggunakan cincin besi. Lah? Kita ini siapa?
Sebenarnya perayaan pernikahan dalam islam sederhana bin gak ribet . Yang bikin kita ribet adalah adat istiadat dan gengsi. Right? Of course! Saya teringat kisah Abu Musa yang me nikah dengan modal 2.500.000 kalo gak salah. Ngundang tamu se-gang,akadnya di masjid. Pas! Halal dah tuh. Dibanding resepsi digedung,makanan catering,alhamdulillah halal ehh rumah ngontrak riba jalan. Naudzubillahi mindzalik. Saya bingung kenapa setiap saya nulis saya selalu belok ke pernikahan padahal gak nyambung sama judul -_-
Tapi gak papa. Memang semakin kita mengenal sunnah semakin kita mempermudah seseorang dalam bersyariat. Btw doain saya nyusul bisa jadi bidadari-bidadari seperti mereka. Hehe see u!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar